Jumat, 22 Maret 2013

Ketela pohon, Pohong, ubi kayu

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Plantae
Divisi:     Magnoliophyta
Kelas:     Magnoliopsida
Ordo:     Malpighiales
Famili:     Euphorbiaceae
Upafamili:     Crotonoideae
Bangsa:     Manihoteae
Genus:     Manihot
Spesies:     M. esculenta
Nama binomial
Manihot esculenta
Crantz

Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Daftar isi

    1 Deskripsi
    2 Sejarah dan pengaruh ekonomi
    3 Pengolahan
    4 Penggunaan
    5 Kadar gizi
        5.1 Singkong sebagai makanan babi
    6 Etimologi dan sinonim
    7 Produksi sedunia
    8 Rujukan
        8.1 Rujukan umum
        8.2 Rujukan khusus
    9 Pranala luar

Deskripsi

Perdu, bisa mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia.

Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.
Sejarah dan pengaruh ekonomi

Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua kultivar M. esculenta dapat dibudidayakan.

Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.

Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810[1], setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.
Pengolahan

Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif menurunkan kadar racun.

Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka (kanji).
Penggunaan

Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, baik untuk pengidap alergi.
Kadar gizi

Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:

    Kalori 121 kal
    Air 62,50 gram
    Fosfor 40,00 gram
    Karbohidrat 34,00 gram
    Kalsium 33,00 miligram
    Vitamin C 30,00 miligram
    Protein 1,20 gram
    Besi 0,70 miligram
    Lemak 0,30 gram
    Vitamin B1 0,01 miligram[2]


Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).

Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya pohung, bahasa Sangihe bungkahe, bahasa Tolitoli kasubi, dan bahasa Sunda sampeu.